Selasa, 23 November 2010
Ramires Pakai Nomor Kutukan di Chelsea
Gelandang asal Brasil, Ramires, digadang-gadang menjadi salah satu talenta terbaik di Chelsea. Namun, ada faktor non-teknis yang membuatnya harus berjuang untuk membuktikannya. Pasalnya dia bakal mengenakan kostum yang identik dengan kutukan di Chelsea, yakni nomor punggung 7.
Ramires memang tak mempunyai pilihan selain menerima sodoran nomor punggung 7 itu. Pasalnya, nomor 8 yang biasa dikenakannya di Benfica tak mungkin terlepas dari badan Frank Lampard. Sementara nomor 18 yang dipakainya di Piala Dunia 2010 bersama Brasil sudah menjadi hak Yuri Zhirkov.
Alhasil, Ramires pun nekat menerima kostum 'kutukan' bernomor 7 di Stamford Bridge. Mengapa 7 menjadi nomor kutukkan? Dalam beberapa tahun terakhir setiap pemain bintang yang mengenakan kostum nomor 7 di Chelsea memang cenderung meredup penampilannya. Bahkan dua musim terakhir tak ada satupun pemain Chelsea yang mau mengenakan kostum tersebut.
Lihat saja Brian Laudrup, Winston Bogarde, Adrian Mutu, Maniche, dan terakhir Andriy Shevchenko. Kelima pemain itu datang ke Stamford Bridge dengan status bintang berkelas Eropa, bahkan dunia. Namun saat berseragam The Blues penampilan mereka seolah terjun bebas.
Bersama Glasgow Celtic, Laudrup tampil mengilap dengan mencetak 33 gol dari 116 penampilan. Dia pun berstatus sebagai juara Euro 1992 bersama 'Tim Dinamit' Denmark. Namun saat datang ke Chelsea, adik kandung eks bintang Barcelona dan Real madrid, Michael Laudrup, itu cuma bertahan semusim dengan hanya tampil sebanyak 7 partai karena lebih sering berkutat dengan cedera.
Bogarde pun datang ke Stamford Bridge pada 2001 dengan status sebagai salah satu pilar Barcelona. Dia pun dianggap sebagai salah satu talenta berbakat yang dilahirkan Ajax Amsterdam. Namun saat bersama Chelsea dia cuma berkesempatan tampil sebanyak 9 kali selama empat musim.
Sementara Mutu juga bernasib lebih tragis. Dia datang ke Chelsea setelah tampil cemerlang bersama Parma. Namun di skuad The Blues dia lebih sering dipaksakan bermain sebagai pemain sayap. Permainannya pun tidak maksimal. Jika bersama Parma dia bisa mencetak 18 gol dari 31 laga. Di Chelsea cuma 6 gol yang disarangkannya dari 27 pertandingan. Akhir kariernya di Chelsea pun cukup nahas. Dia dinyatakan mengkonsumsi kokain hingga pihak manajemen The Blues memutuskan memecatnya.
Maniche pun serupa. Dia menjadi pilar FC Porto kala menjuara Liga Champions 2004, sebelum direkrut Dynamo Moskva pada 2005. Chelsea yang saat itu membutuhkan tambahan tenaga di lini tengah memutuskan meminjamnya hanya setengah musim dia memperkuat tim asal Rusia itu.
Sayang keputusan pindah ke Stamford Brdige justru menjadi pilihan yang buruk buat Maniche. Selama setengah musim dia lebih sering berstatus sebagai pemain pelapis, dan hanya tampil 8 kali, sebelum akhirnya dibuang ke Atletico Madrid.
Nama terakhir mungkin lebih memprihatinkan. Saat berseragam AC Milan Shevchenko berstatus sebagai salah satu bomber tertajam di Eropa. Setelah membawa Milan menjuarai Liga Champions pada 2003, Sheva dianugerahi Ballon d'Or setahun setelahnya.
Chelsea pun kepincut dengannya dan rela menggelontorkan dana mencapai 75,2 juta euro. Namun apa lacur, Karier Sheva di Chelsea benar-benar terjun bebas. Kesuburannya dalam membobol gawang lawan mendadak lenyap. Dia cuma mengoleksi 9 gol dari total 48 penampilan selama tiga musim di Premier League.
Kini Ramires-lah yang akan mengemban tugas menghapus kutukkan nomor punggung 7 di Chelsea. Bebannya pun cukup berat. Tidak banyak pemain muda yang langsung mendapat tempat di skuad utama The Blues. Tengok saja Scot Sinclair, Franco Di Santo, Gael Kakuta, ataupun Dean Sturridge.
Di lini tegah pun dia harus bersaing dengan beberapa pilar yang sudah mapan seperti Lampard, Michael Essien, John Obi Mikel, hingga Yossi Benayoun. Sebuah tugas berat bagi pemuda berusia 23 tahun yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di kompetisi seketat Premier League.(*)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar